Senin, 22 Februari 2010


Masihkah Ada hari Esok?

Enam gagak melepaskan cakar dari sangkarnya
Mengepakkan sayap ber-perban luka
Karena Perbuatan manusia-manusia pelempar kerikil
Yang melepaskan bulu demi bulu halusnya yang mungil

Lautan berdengkur keras
Rintik hujan semakin deras
Pijakan ini semakin tak teratur
Seperti tinta hitam ini
Yang semakin luntur

Gemuruh kilat pembelah langit
Menggetarkan hati malaikat penjaga
Menunggu sebuah keputusan sempit
Keputusan perintah dari yang kuasa

Masihkah ada hari esok?
Masihkah ada masa depan?
Masihkah ada sebuah sosok
Yang menatap langit di teras tua

Hati bertopeng keraguan
Dan berjubah ketakutan
Membayangi hari demi hari
Yang berisi mimpi tak berarti

Nafas yang mulai tersengal
Kening yang mulai berkerut
Pikiran yang mulai mengenal ajal
Menyertai semangat yang mulai surut

Sungguh
Keraguan ini tak terobati
Hanya sebuah pertanyaan yang mengganggu
Yang memandangi langkah demi langkahku di dalam hati

Hanya sepatah kata
Masihkah ada hari esok?

By: Azhar Rhozaq A
8a

Kesetiaan

ketika kesetiaan seseorang diuji
ketika seseorang harus memilih
di antara beberapa orang yang memikat hati
dan harus mengikrarkan sebuah janji

apakah itu sebuah cinta
yang membagi hatinya
untuk beberapa wanita
yang tak menjanjikan apa-apa

apakah itu sebuah sayang
ketika hati membayang
yang sekejap akan menghilang
karena wanita lain yang datang

cinta yang abadi
tak akan sekejap jadi
hanya dengan mata hati
kau akan dapat cinta sejati

By: Adhimas Aulia M
8c

Sepucuk Sanubari

Kudengar merpati turun dari kayangan
Membawa seutas harapan
Cinta
Dan kasih sayang

Melambai penuh tanda
Menguraikan bulu-bulu suci
Hinggap dengan penuh rasa
Dan penuh rasa cinta

Ketika kau tanya sebuah cinta
Ku jawab sebuah harapan
Penuh pengorbanan
Dan seluruh isi dunia

Oh, Indah nian semerbak cinta
Yang wanginya takkan terlupa
Yang selalu datang dan pergi
Bagai bahagia yang menyiksa

Kasih sayang yang penuh melodi
Yang selalu menghiasi sanubari di awal pagi
Yang bergelombang di tengah telaga murni
Dan mengiringi mimpi indah ku hari ini

Cinta untuk siapa saja yang ku cinta
Cinta untuk siapa saja yang ku minta
Cinta untuk siapa saja yang ku puja
Tapi cinta mungkin bukan yang ku punya

Demi daun kuning yang gugur di musim semi
Demi salju yang turun di musim dingin
Demi teriknya matahari yang bersinar di musim panas
Demi rintik air yang jatuh di musim hujan

Dan di semua musim
Kuyakin ada cinta
Dan ada rasa
Walaupun tak terlihat
Tapi terasa getarannya

Dan di setiap huruf
Di setiap kata
Di setiap ujung jari ku berhenti
Selalu ada cinta yang menemani

Aku tak peduli hari apa ini
Aku tak peduli Hari apa esok lusa
Karena ku yakin semua hari sama saja
Karena semua hari penuh cinta

Sungguh aku tak pandai
Tak cukup pandai untuk tulisan ini
Tapi cinta terus berbisik
Membisikkan kata demi katanya yang mencekik
Yang membuatku sulit untuk diam
Untuk menumpulkan pensilku yang masih tajam.

By: Azhar Rhozaq A
8A

A Story

Cerita ini menceritakan aku dan pacarku yang sedang pergi berwisata saat wisuda ke sebuah desa dipinggir pantai.

kami sangat menikmati perjalanan itu, pada pagi hari kami berkeliling desa dan bermain pasir di pantai, pada malam harinya kami bercerita bersama semalaman di depan api unggun yang menyala-nyala dan menghiasi pantai itu dengan suasana remang-remang, semua berjalan dengan lancar dan bahagia, pada malam hari sebelum pulang, pacarku mengenalkan alat musik bernama gitar yang pada masa itu belum tenar, pacarku memainkan sebuah lagu yang indah dan membuat aku terpesona dengan nada-nadanya.

Pertama kali aku bertemu pacarku adalah ketika aku pertama kali duduk di bangku universitas ketika kami sedang melakukan ospek. Pada saat itu ia sedang bingung mencari barangnya yang hilang tapi ia tetap tidak menemukannya lalu aku datangi dirinya dan aku langsung bertanya, “ada apa?” ia menjawab “aku sedang bingung mencari barang, aku takut sekali, kalau tidak bawa barang itu mungkin aku bisa dimarahin habis-habisan oleh ayahku”, “memang barang apa yang hilang?” aku bertanya, “sebuah dompet berisi Rp.500.000 untuk bayar uang sekolah”, aku terkaget-kaget karena 500.000 pada masa itu, itu adalah uang yang sangat besar, tapi aku melihat ke kanan dan melihat sebuah dompet berwarna hijau di pegang oleh kakak senior, aku langsung mendekati kakak senior dan berkata, “Maaf kak, itu dompet teman saya, boleh saya minta?”, “enak aja main langsung minta, mana teman kamu? Mau saya marahin itu anak, punya barang gak dijaga”, mendengar kata-katanya aku langsung merubah perkataanku, “maaf kak, maksud saya itu punya saya” , “oh jadi ini punya kamu? Kamu mau ngambil lagi?”, “iya kak”, ia menjawab “kalo gitu langsung ambil posisi push up, langsung aja push up 30 kali”, aku langsung mengerjakannya, dan setelah itu aku baru diberi dompet itu, tapi tampaknya perempuan itu sudah pergi entah kemana, aku langsung berlari mencari dia, tampaknya tidak ketemu, susah sekali mencari dia, karena semua perempuan di ikat 6 pita rambutnya.

Setelah pulang aku menemukannya sedang duduk di pinggir trotoar dengan muka sedih dan murung, aku langsung mendekatinya, “hei, kamu yang dompetnya tadi hilang kan?”, ia menjawab “iya, tapi aku masih sedih, dompetku belum ketemu sampai sekarang, aku harus bagaimana, uang 500.000 itu sangat besar”, “ah tak usah khawatir, dompetmu warna hijau?” aku bertanya, “iya!”, “kalau begitu, betul tidak ini dompetmu?” sambil menunjukkan dompet yang kutemukan, “iya betul!” ia menjawab dengan nada yang sangat ceria, dan tidak tahu kenapa mungkin dompet itu sangat berarti baginya ia langsung memelukku, hatiku berdebar kencang, mukaku tampaknya memerah, dan tubuhku terasa tak bisa bergerak, aku hanya terdiam, dan tampaknya aku jadi suka padanya, setelah kejadian itu setiap pulang sekolah, kami jadi sering pulang bersama, karena kebetulan rumah kami satu arah untuk pulang tapi rumah dia lebih jauh sedikit dari rumahku jadi aku mengantarnya pulang terlebih dahulu baru pulang ke rumahku, dan kami jadi semakin akrab, dan kami pun berpacaran, itulah ceritaku bertemu dengan pacarku, lanjut cerita.

keesokan harinya. Yah, mungkin kami sedikit sedih karena semua kesenangan-kesenangan terakhir saat sekolah sudah berakhir sampai disini, yah mudah-mudahan banyak reuni-reuni ketemuan lagi, jadi hubunganku dengan teman-temanku tidak putus sampai disini, setelah pulang nanti aku dan pacarku berniat untuk mengenalkan pacarku dan aku ke masing-masing orangtua kami, kami menyiapkan barang-barang kami untuk pulang, sambil kembali mengingat kenangan-kenangan wisata itu.


kami naik kereta untuk pulang, aku duduk disebelah pacarku dan saat itu aku sedang ingin ke toilet dan aku segera pergi ke toilet, saat itu kereta kami ada di tengah-tengah hutan yang gelap dan rimbun, sejak awal aku sudah merasakan firasat yang buruk mengenai perjalanan pulang, tapi aku menghiraukan firasat itu, pada saat sampai di toilet, tiba-tiba tidak disangka rel kereta api tersebut patah dan mengakibatkan kereta itu menabrak sebuah batu besar sehingga kereta itu mengalami kecelakaan yang membuat kereta itu terbelah dua, bagian depan dan bagian belakang, aku ternyata selamat dari kecelakaan, ketika itu juga aku segera keluar dari kereta dan terkejut melihat bagian kereta dibelakangku karena aku tidak melihat gerbong kereta dibelakangku, gerbong kereta itu terlempar entah kemana.

Aku merasa sangat sedih, karena pasanganku ada digerbong dibelakangku, aku sangat sedih, hingga sukar untuk melupakan kejadian tersebut. aku dan yang lainnya dibawa pulang oleh tim penyelamat yang segera datang ketempat kejadian. aku memohon kepada tim penyelamat untuk menemukan pacarku yang hilang.

Namun sudah satu tahun berlalu aku tidak mendapat kabar tentang pacarku, aku jalani hari-hariku dengan sepi, dan seperti orang yang sangat kehilangan, hari demi hari aku menunggu teleponku untuk berbunyi, hanya sedikit telepon yang masuk, dan itupun hanya telepon tagihan listrik, air ,dan lain-lain. Tak ada telepon tentang pacarku.

Pada suatu malam, aku disuruh pergi berbelanja mie instant untuk makan, karena ibuku sedang tidak masak pada saat itu, aku diberi perintah ke supermarket terdekat, setelah selesai membeli aku pulang kerumah. Aku dapati pintu rumahku yang setengah terbuka tidak terkunci, dan aku masuk membuka pintu dengan perlahan dan melihat seseorang berpakaian hitam dengan celana hitam dan sebuah masker yang menutupi mukanya dan berlari keluar dengan kencang. Pada saat itu ibu dan ayahku sudah sangat tua, ketika ada orang masuk, ia sudah tidak bisa melawan, maling itu masuk dan mengambil beberapa barang-barang, dan membunuh kedua orang tua-ku yang sudah tua renta dan di depan kedua mataku! Maling itu lari keluar rumahku dengan kencang. Aku ingin sekali mengejar maling itu tapi aku lebih memilih orang tuaku untuk diselamatkan, aku datangi kedua orangtua ku dengan cepat, “ayah, ibu ayo cepat ke rumah sakit, aku panggilkan ambulan untuk kalian”. Ayahku menjawab dengan pelan, dan menahan rasa sakit karena sebuah pisau menancap di perut beliau, “tidak usah nak, sebentar lagi nyawa kami akan dijemput, ayah hanya pesan, percayalah bahwa ia akan datang, pacarmu itu yang sering engkau ceritakan, dan siapapun ia ayah punya firasat ia orang baik, ayah telah merelakan hubunganmu dengannya”. Ibuku juga berkata “iya nak, walaupun pacarmua sudah tiada, relakan lah ia dan carilah pasangan yang baik, agar kau tidak menyesal nantinya, orang yang menjemputku telah datang, jadilah orang yang baik, kutunggu engkau diatas sana dengan muka gembira dan bahagia”. Malam itu aku menangis tersedu-sedu di sebelah kedua orang tua ku yang telah memejamkan matanya, yang tidak bisa bergerak kembali. Aku hanya duduk disebelah kedua orang tuaku sambil menunggu mobil jenazah datang membawa kedua orang tuaku.


Karena semua kejadian itu aku mendapat sedikit gangguan jiwa, hatiku sungguh tertekan, aku mengenal minuman keras pada masa itu. Kemudian aku mulai mabuk-mabukan, tagihan-tagihan tidak aku bayar tepat waktu karena mengutamakan mabuk-mabukan. Uangku mulai menipis karena terus mabuk-mabukan, aku menjadi hidup dijalan karena semua tagihan-tagihan memberatkanku. Rumahku kujual, tapi tetap saja, uangnya hanya untuk mabuk-mabukan, semakin hari uangku semakin habis, dan aku berfikir untuk mencari pekerjaan.

Satu Tahun berlalu.

Aku sudah melupakan pacarku karena aku terlalu banyak mabuk-mabukan. Suatu saat aku ingin mencari pekerjaan, tapi tidak di terima dimana-mana karena aku sering mabuk-mabukan. Aku menyesali perbuatanku, sempat aku berfikir bahwa tak ada lagi masa depan yang cerah, tapi aku ingin sekali untuk berubah, namun sangat susah untuk berhenti bagiku. Aku melakukan pengharusan diri untuk berhenti, aku buang minuman keras itu ke tong sampah, lalu pergi meninggalkannya, tapi nafsuku sudah tidak bisa terbendung lagi, aku ingin mengambil lagi minuman keras yang telah dibuang ke tong sampah karena aku tidak punya uang lagi untuk membelinya. Di perjalanan ke tong sampah itu, aku melihat ke seberang jalan, sebuah toko yang menjual alat-alat musik. sebuah benda yang tidak asing, lalu aku segera menghampirinya, warnannya coklat, ada lubang di tengahnya, dan ada 6 senar di atasnya.

Lalu aku jadi teringat dengan pacarku dan kejadian lalu-ku. Aku jadi sedih, dan aku sudah tidak ingin mabuk-mabukan lagi, dan aku tatap gitar itu dalam-dalam dan aku merasa sangat ingin memilikinya, dan aku lihat harganya ternyata murah, tapi sayang uang-ku sudah habis untuk mabuk-mabukan. Sebuah bisikan jahat muncul dibenakku untuk mencuri gitar itu. Aku melihat keadaan sekitar, dan setelah kosong, aku menjalankan aksiku mencuri gitar tersebut, dan lari sekencang-kencangnya. Lalu setelah jauh, ku coba untuk memainkannya. Pertama kali aku mencoba masih sumbang suaranya, setiap hari aku terus memainkan gitar itu. Aku mencoba untuk mengemis dengan bermain gitar, aku mendapatkan uang setiap harinya. Walaupun permainan musikku kurang bagus, tapi aku terus mengemis dan uang-uang itu aku tabung dengan penuh kesabaran.

Suatu hari, aku bertemu dengan pemilik toko yang gitarnya aku curi. Aku tertangkap oleh pemilik toko itu dan dihajar habis-habisan oleh orang setempat. Beruntungnya aku, aku hanya mendapat memar, namun aku merasa sedih karena aku sudah tidak mempunyai gitar.

Lalu aku teringat dengan uang tabunganku. Aku pergi mencari toko musik, dan mencoba membeli sebuah gitar yang paling murah di antara gitar-gitar lain, tapi uangnya masih belum cukup. Aku hanya memandangi gitar itu dengan penuh harapan untuk memilikinya. Kemudian seorang kakek-kakek sang pemilik toko musik itu menghampiriku, ia tersenyum padaku. Dan ia berkata "kau menginginkannya nak? berapa uang yang kau punya?" aku menunjukkan beberapa uang logam receh yang masih belum cukup untuk membeli gitar tersebut. Pemilik toko itu berkata kembali "jadi begitu ya? uang kamu tidak cukup? Ambillah gitar ini, untuk sisanya bayarlah dengan permainan gitar-mu", lalu Aku berkata "tapi, aku masih belum handal memainkannya". Pemilik toko itu berkata "tak masalah seberapa lambat jarimu memetik gitar, tak masalah seberapa kecil pengetahuan yang ada padamu tentang gitar. Musik bukan berasal dari otak, tapi musik berasal dari hati, cobalah bermain dengan menggunakan hatimu", lalu pemuda itu kembali berkata "Tapi...", dan pemilik toko itu memotongnya dengan cepat "jangan mengatakan kata tidak bisa, cobalah atau gitar ini tidak jadi kuberikan?", aku segera menjawab "baiklah-baiklah".

Lalu aku memainkan gitar itu, tapi suaranya sumbang, lalu pemilik toko itu berkata "hey, ingat, jangan pedulikan aku, bermainlah seperti bagaimana perasaan hatimu", lalu aku memainkan gitar itu sekali lagi, sambil memikirkan awal pertama kali aku mengenal gitar, yaitu mengenang pacarku pada saat bermain gitar, dan semua kenangan wisata itu, tanpa terasa, aku bagaikan kembali ke masa lalu, dan aku disadarkan dengan suara keras sebuah tepukan tangan dari tangan pemilik toko itu, aku tidak merasa telah memainkan sebuah lagu, aku berkata pada pemilik toko itu "tapi, aku belum memainkan sebuah lagu", lalu kakek itu berkata "begitulah musik saat kau mainkan dengan hatimu, kau sudah terbawa suasana hatimu yang membuat jari memetik senar-senar begitu saja. Terima kasih nak, kamu telah membuatku ingat bagaimana rasanya bermain dengan hati. Ambillah gitar ini, jangan biarkan musik-musik ini redup suaranya", Aku berkata lagi "terima kasih kek, terima kasih atas segalanya" lalu aku pergi meninggalkan toko musik itu dan memainkan gitar itu.

Setiap hari aku bermain disebelah toko musik itu karena aku lebih nyaman bermain disana, dan kadang-kadang aku mengunjungi toko itu ketika sepi. Belajar bermain gitar bersama pemilik toko itu, aku di ajari cara membaca tab dan diajari bagaimana memetik gitar dengan benar. Aku diberi tahu beberapa lagu, yang menjadi modal bagiku, dan ketika para pelanggan berdatangan aku langsung keluar untuk mengemis dengan gitarku.

Aku memainkan lagu-lagu yang barusan aku pelajari, dan hasilnya lumayan. orang-orang memberi beberapa uang. Uang itu aku tabung, untuk membeli senar baru untuk berjaga-jaga jika senarnya putus. Hari demi hari permainan gitarku menjadi membaik, aku mulai mencoba-coba membuat laguku sendiri. Tampaknya banyak orang berdatangan yang ke toko musik itu, dan orang-orang pulang dengan mendengar alunan musikku. Toko itu menjadi laris. Beberapa musisi terkenal mulai mengunjungi toko itu. suatu siang seorang musisi terkenal datang ke toko itu dan mendengarkan beberapa lagu yang kubuat. Ia lalu bertanya, “hey, itu lagu siapa ya? Kok indah sekali”, lalu aku menjawab “umpphh, terima kasih, maaf tapi ini lagu buatan saya”, “wow, hebat skali kamu, mau ikut denganku? Kukenalkan kamu ke seorang produser musik, mungkin kamu bisa dibuatkan rekaman lagu”, “owh, terima kasih, tapi sepertinya saya tidak tertarik”, “tidak tertarik ya? Bagaimana jika kubelikan sebuah gitar baru? Jika kau berhasil membuat rekaman”, “Baiklah!” aku menjawab dengan cepat.

Aku di ajak ke sebuah rumah yang megah dan indah. Taman-tamannya hijau, terdapat pancuran air mancur yang indah dengan tatanan bunga-bunga di halaman depan rumahnya.

Lalu ia mengetuk pintu, “permisi, ini saya jakk, pak produser ada?” ia berbicara kepada pelayannya, lalu sang pelayan menjawab “owh ada2, silahkan masuk, eh, tapi ini siapa yang bersama anda?”, jakk menjawab “ini teman saya, permisi” lalu kami masuk ke rumah megah itu. Didalamnya sungguh indah, rumah dengan lantai marmer berwarna krem dengan ruang tamu yang megah pula, dengan tv yang besar dan juga sofa-sofa yang kelihatan mewah dan empuk.

Ada dua tangga yang menuju atas yang mengitari ruangan itu dengan karpet di tiap-tiap anak tangganya, aku langsung naik bersama jakk, menuju sebuah pintu berwarna hitam dengan sedikit ukiran di pinggir pintunya, “tok!tok!tok!” jakk mengetuk pintu, dari dalam ruangan ada orang yang menjawab “masuk saja, tidak di kunci”, lalu kami pun masuk ke ruangan itu. Tampak seorang laki-laki yang ternyata dia adalah produser musik yang ingin dipertemukan dengan ku. Ia sedang sibuk mengerjakan sesuatu di meja kerjanya, ia berkata “ada apa jakk?” tapi masih menengok kebawah kearah kertas yang ia kerjakan “ini, ada teman saya, yang mempunyai kemampuan gitar indah”, “hah? Mana?”, lalu aku maju selangkah seperti menunjukkan dirinya di depan produser. Ia terkaget2, “Hah? Siapa ini? Pengemis dilarang masuk, pergi sana”, lalu jakk berkata “pak, dengar dulu…”, pak produser memotong “halah, udah pergi, Keamanan!!! Usir pengemis itu keluar”, jakk membela “Tapi pak!”, produser itu tetap bersikeras “Diam! Lagi pula kenapa kamu panggil pengemis itu kesini, bajunya kumuh, celananya kumuh, mukanya juga kumuh”, “tapi ia jago main gitar pak, suaranya indah nan merdu” jakk membela, tapi malangnya, aku diseret keluar oleh keamanan, tapi jakk masih berbicara di dalam, produser itu menjawab jakk “halah, mana mungkin orang seperti itu jago main gitar, ada-ada aja kamu”, “Akh! Bapak liat dulu kemampuan dia baru boleh berbicara”, “Saya tidak ada waktu buat orang seperti dia!”, lalu dengan emosi jakk keluar ruangan itu, meninggalkan rumah dan mengejar saya. “hey, maaf ya yang dikatakan bapak produser tadi”, aku menjawab “yah memang benar kok yang dikatakan pak produser”, “enggak kok, bagaimana pun caranya, kemampuan kamu harus di manfaatkan”, aku menjawab “halah, udah g usah, orang seperti saya ini, g bisa apa-apa, saya juga sudah capek, saya mau kembali ke toko itu lagi”,”tenang2 sebentar dulu, gini deh, kamu mainkan beberapa lagu dulu di rumah saya dan makan terlebih dahulu, baru boleh pulang”, aku menerima tawarannya karena perutku sudah ber gemuruh meminta makan.

Aku di ajak kerumahnya, rumahnya cukup besar, tapi tidak sebesar rumah produser tadi, aku di beri hidangan yang lezat-lezat, aku baru merasakan ini sejak 2 tahun yang lalu, setelah makan, aku disuruh memainkan beberapa lagu, aku memainkan lagu-lagu buatanku dan menjadi kesukaanku. Tampaknya ketika aku bermain, tanpa disadari Jakk membawa sebuah alat perekam yang merekam semua lagu yang kumainkan, aku berjabat tangan dengannya. Ia berkata “terima kasih sudah mau meluangkan waktu” aku menjawab “sama-sama telah memberiku makanan yang lezat, yah mungkin kita sampai disini saja, sampai jumpa” aku pergi meninggalkan rumahnya dan kembali ke toko itu.

Dilain tempat si jakk kembali ke rumah produser itu dan membawa sebuah rekaman yang berisi rekaman lagu-laguku, lalu si jakk menyerahkannya ke produser, “Pak, anda tidak ingin mendengarkannya ia bermain kan? Ini cukup dengarkan rekamannya saja, aku rekam secara diam-diam dari-nya”, lalu produser itu menerima rekaman itu, dan mencoba memainkannya di pemutarnya, lalu ia terkejut, “Kamu jangan bercanda! Ini lagunya?”, “iya pak, makanya dengerin dulu baru bicara”, “Segera panggil orang itu kembali!”, jakk berkata “masa cuma saya? Bapak juga dong, sekaligus minta maaf ke dia, apa saja yang bapak katakan padanya”, “ya, baiklah”, lalu jakk dan produsernya datang ke toko musik itu, produser itu meminta maaf atas semua kejadian yang terjadi dan produser itu memintaku pergi ke studio untuk membuat rekaman, aku terima tawaran itu karena janji sebuah gitar masih ada.


Lalu aku diberi kesempatan sekali lagi memainkan lagu-lagu buatanku dan ternyata berhasil membuat semua orang di studio itu memejamkan mata sambil tersenyum karena lagunya yang merdu, indah dan terkesan slow, lalu aku berhasil membuat sebuah cd yang tampaknya langsung disebar ke seluruh radio dan juga para pendengar radio langsung banyak yang merespon baik kepada radio yang memutar lagu-laguku tersebut, dan aku di ajak main bersama jakk sebagai gitaris akustik di band-nya, aku menikmati dunia musik ini, namaku mulai melambung ke atas, dan aku memilih untuk menjadi gitaris solo, kemudian aku diajak untuk solo concert.

Dilain tempat pacarku ternyata sudah ditemukan, kecelakaan kereta itu mengakibatkan gerbong kereta pacarku terlempar jatuh ke bawah jurang dan menuju laut, gerbong kereta itu terus mengambang di laut sehingga terdampar di sebuah pantai dan tampaknya ia mengalami gegar otak yang mengakibatkan hilangnya ingatan. Ia pun dirawat oleh orang-orang desa terdekat, tampaknya orang-orang disana telah mengetahui bahwa ia bukan orang dari desanya karena kartu pengenalnya yang tidak sengaja terjatuh dari dompetnya.

Lalu penduduk desa itu memanggil polisi, dan pacarku di bawa kembali ke kota, lalu ia di rawat di rumah sakit.

Ia baru saja keluar dari rumah sakit setelah dirawat berbulan-bulan. Setelah ia sembuh dari luka-luka setelah kecelakaan itu, ia kembali kerumahnya. Ia di sambut haru dan di peluk oleh kedua orang tuanya yang masih ada dirumahnya.

Aku pada saat itu sedang tampil di sebuah concert yang menurut ku konser besar. Hanya aku sendiri bersama gitarku di depan kamera yang merekamku secara langsung dan juga ratusan orang yang menontonku di sebuah gedung megah yang bercorak mewah. Pada saat itu semua suasana menjadi hening, dan saat itulah saatnya kumulai petikan gitarku. Petikan pertama disambut oleh tepuk tangan seluruh penonton. Aku terus melanjutkan permainanku yang ku mainkan dengan sepenuh hati, tanpa menghiraukan orang-orang di sekitarku, hanya ada aku, kenanganku, dan gitar ini.

Pacarku sedang di rumah-nya. Secara tidak sengaja, ia melihat satu tayangan di TV, dan ia melihatku tampil membawakan lagu-lagu nan indah. Sayangnya, ia masih tidak ingat semua kejadian-kejadian yang baru saja ia alami. Tapi entah kenapa di hatinya ia ingin sekali ke tempat konser ku, ia mengambil sepedanya dan memutar pedalnya dengan kencang menuju gedung konserku.

Tapi, penampilanku sudah selesai, dan aku sedang berjalan kaki untuk pulang karena menurutku lebih baik jalan kaki karena rumahku tidak terlalu jauh dan aku melewati sebuah taman yang indah ketika malam dengan lampu-lampunya yang menerangi seluruh taman.

Tidak ada salahnya untuk berjalan kaki, lalu ketika aku berjalan menuju rumahku aku melihat sesosok orang yang sangat kukenal sedang mengendarai sepeda. Lalu entah kenapa, ia menekan rem sepedanya, dan berhenti tepat di depanku. Ia turun dari sepedanya dan menghiraukan sepedanya yang jatuh begitu saja. Begitu pula aku, aku sedang memegang gitar dan tanganku tiba-tiba lemas dan membiarkan gitar yang kupegang jatuh begitu saja. Tatapanku hanya terpaku pada satu orang dan tampaknya matanya juga terpaku padaku, aku melangkahkan beberapa langkah kaki kearah nya. Dengan cepat, ia berlari ke arahku dan langsung memelukku, ia berkata "aku rindu padamu. Aku terkena gegar otak, dan membuatku lupa semua kejadian yang ku alami, sekarang aku sudah ingat, kau adalah pacarku. Terima kasih, kau telah menyembuhkanku, bukan hanya dari hilangnya ingatan-ingatanku, tapi dari hatiku yang sakit, Hatiku yang perih karena rasa hilang yang terlalu dalam dihatiku, tapi sekarang aku sudah bertemu dengan mu lagi. Satu lagi kata yang terlupakan. Aku sayang padamu." aku hanya terdiam dan menahan air mata yang mulai memenuhi kelopak mataku dan berlomba-lomba ingin keluar dari kelopak mataku.

Malam itu aku sangat bahagia. Aku banyak bercerita dengannya di taman yang kuceritakan tadi. Aku telah menemukan kembali sosok yang dulu pernah ada dan tiba-tiba menghilang, dan kami pulang dengan perasaan haru di tengah angin malam yang berhilir lembut dan dibawah sinar rembulan yang terang benderang.

-Tamat-

By: Azhar Rhozaq A

8A

Senin, 09 Maret 2009


Harapan Yang Tidak Pernah Tercapai

Harapan yang Tidak Pernah Tercapai
seorang anak
yang hidup penuh kesengsaraan
namun dihatinya mengalir benih-benih cinta
yang dialirkan oleh seorang gadis cantik jelita
sang anak hanya mampu berharap
walaupun ada gunung everest
tidak setinggi harapan

sang anak
yang berharap mendapatkan sang permaisuri dihatinya
sang anak selalu memikirkannya
namun, tak sedikitpun terpikir sang anak
oleh permaisuri

kejamkah dunia ini
hingga membuat sang anak sengsara
anak tak bersalah
yang mengharapkan sang permaisuri setinggi melebihi apapun

apakah keadilan dunia sudah tidak ada
sang anak hanya ingin permaisuri menjadi miliknya
tapi hal itu tidak dapat tercapai
karena sang permaisuri dengan kejam mengecamnya

dengan kata biasa tapi bagaikan jarum yang menusuk hatinya
sangat dalam
hingga membuat sakit yang tiada tertahankan
menyakitkan

melebihi sakit tertusuk panah
peluru
meriam sekalipun

anak hanya menjadi sang punduk merindukan bulan
selamanya tidak mendapat seorang belahan jiwanya
yang rela menjadi bagian dari jiwanya

walaupun sang anak buruk rupa
tak ada seorang permaisuri yang ikhlas dan rela
menjadi miliknya sepenuh hati

kejamnya dunia ini
hingga membuat seorang anak sengsara
tak pernah sedikit pun ia menyinggungkan senyum dibibirnya dengan ikhlas dan senang
yang ada hanya tersenyum paksa dibalik kesedihan yang mendalam
melebihi dalam lautan terdalam di dunia ini

by:Adhimas Aulia Muhammad
8c

Jakarta Tak Selamanya Indah

Ini adalah karangan pertama saya,untuk mengisi waktu, saya ketik cerita ini.

Jakarta tak selamanya indah itulah judul karangan ini, banyak orang mengatakan Jakarta itu indah,tempatnya enak,nyaman,modern,dll tapi dibalik semua itu Jakarta memiliki suatu kepribadian yang berbalik dengan semua yang disebutkan tadi, ini adalah sebuah cerita yang mengungkapkan bahwa Jakarta itu memang indah, tapi darimana kamu tahu bahwa jakarta itu indah sebelum kamu melihat keburukan yang tersembunyi didalam Jakarta dari ide itu saya membuat karangan cerita ini sambil mengisi waktu, berikut cerita karangan saya.


Cerita ini bermula pada suatu desa, tinggallah dua orang bernama udin dan Sulaiman, mereka selalu bersekolah bersama, bermain bersama, pulang dan pergi bersama, tapi yang pasti mengerjakan soal ulangan tidak bersama, mereka sahabat dekat, tapi akhir-akhir ini sulaiman sedih karena sahabatnya udin selalu membicarakan Jakarta ketika mereka bermain bersama.

“Eh,man kata kamu Jakarta itu indah gak?” Tanya Udin kepada Sulaiman
“Ah,biasa aja, kan lebih enak disini dari pada disitu,emang kenapa sih?kok akhir-akhir ini kamu sering ngomongin Jakarta? Balas Sulaiman kepada Udin
“Gak papa sih,tapi akhir-akhir ini kok aku ngerasa aku pengen banget ke Jakarta, di sana itu… indah,gemerlap cahaya,bagus, pokoknya sip dah.”jawab Udin dengan penuh semangat
“Iya kamu mikirnya yang enak-enaknya aja sih,coba pikirin sisi buruknya.”
“Ah gak ada tuh” jawab Udin tanpa pikir panjang
“Coba kamu pikirin, cara kamu kesitu gimana?naik karpet terbang?lw kira Aladdin.”
“Yah gimana ya,naik kereta kali.” Jawab Udin dengan bingung
“Dapet uang dari mana?”Tanya Sulaiman ke pada Udin
“Ehhh,gimana kalo kita naik kereta tapi gak bayar,diem-diem aja,gimana?atau bisa pake tabungan gw buat sekolah?”
“Gila lw,lw kira apa,eh kita ini bukan penjahat masa mau naik kereta kayak gitu,itu namanya..ah! pokoknya jangan deh,Jakarta sudah meracuni otakmu,parah! Tobat lw,lagi pula kalo pake tabungan,mau bayar sekolah pake apa?”
“yah mau gimana lagi?”
“Ah!udahlah lupain tentang Jakarta, emang Jakarta itu indah tapi Jakarta itu letaknya jauh, belum tentu aman kalo di Jakarta, lebih baik disini, rumah kita sendiri,(kayak lirik lagu aja,lebih baik disini rumah kita sendiri~ ah udahlah lanjutin ceritanya)disini sejuk, disini enak walaupun fasilitasnya tak selengkap Jakarta tapi ada sesuatu yang Jakarta tak punya disini,masa di Jakarta ada sawah,lagi pula noh liat tipi di kantor lurah film ”si bolang” yang tempatnya di desa aja dapet penghargaan,makanya mending kamu lupain Jakarta.”
“Tapi tekadku sudah bulat,lonjong dan kotak, pokoknya aku ingin ke Jakarta”
“Terserah kamu lah din,pokoknya aku dah ngingetin kamu,jangan salahin aku kalau kamu diculik atau yang lainnya”

Setelah perdebatan panjang itu Udin segera pulang kerumah, membahas tentang keinginannya untuk pergi ke Jakarta.
“Tok,tok,tok” si Udin mengetuk pintu rumahnya
“Eh Ibu,masak apa bu?” Tanya Udin kepada Ibu
“Masak nasi” jawab Ibu
“Udin juga tau bu,maksud Udin masak lauk apa?”
“Ooo,bilang dong,masak ikan lele” jawab Ibu kepada Udn
“Asik,makan enak deh,hehehe,kayaknya bapak gak kebagian nih,Udin abisin ah”
“Pasti kebagian lah,punya Bapak udah Ibu simpen punya kamu ada di meja”
“Yah gak bisa makan banyak deh” Udin langsung cemberut
“Yah udahlah,makan aja tuh yang ada, jangan serakah gitu dong”jawab ibu sambil menasehati.
“Iya,iya Udin minta maaf” lalu Udin makan dengan cemberut

Tiba-tiba setelah Udin makan dia mendengar suara ketukan pintu,lalu Udin membukakannya,ternyata itu Bapaknya yang pulang setelah bekerja di ladang.

“Silahkan masuk pak” udin menyambut Bapaknya
“Tumben amat baik kayak gitu,kesambet apaan?”
“Kesambet?enggak lah pak ini kan ekspresi seorang anak yang senang melihat bapaknya pulang setelah bekerja”padahal Udin sedang baik kepada Bapaknya agar diperbolehkan ke Jakarta.
“Hahaha,makasih sudah menyambut bapak”

Ditengah menemani makan Bapaknya Udin perlahan-lahan menyinggung Jakarta pada pembicaraanya.

“Pak,bapak pernah ke Jakarta belum?” Tanya Udin kepada Bapaknya
“Belum,emang kenapa?”Tanya Bapaknya kepada Udin
“Ya gak papa sih,eh tapi Jakarta itu indah ya pak”
“Enggak juga”jawab Bapaknya
“Masa sih, kok pada bilang gitu ya,tadi Sulaiman,sekarang Bapak, ngomong-ngomong pak boleh gak kita ke Jakarta?pliss”Tanya Udin sambil memohon
“hah!ke Jakarta? Buat apa?”Tanya Bapak dengan kaget
“Ya buat lihat pemandangan Jakarta”jawab Udin
“Pertama naik apa?kedua dapet uang dari mana?ketiga mending disini, biaya untuk kesana mahal,biaya itu bisa kita pake buat makan kita selama sebulan,coba pikirin mengikuti kata nafsu bisa buat kita gak makan”
“Tapi aku dah pengen banget aku dah mikirin ini selama satu bulan”
“Apa yang kamu pikirin?kalo kamu mikir pasti tau betapa biaya kesana itu mahal, bolak-balik dari Jakarta kesini,yang kamu pikirin itu Cuma indahnya doing!kamu gak mikirin kehidupan keluarga,coba kamu pikirin itu,sekarang bapak udah capek, bapak mau tidur”
“Ah!kalo bapak gak mau ikut,yaudah Udin aja sendiri yang pergi kesana!” Udin mulai kesal dengan orang sekelilingnya yang tak sependapat dengan dirinya.
“Terserah!”Jawab bapaknya yang kesal yang tak bisa mengendalikan emosinya setelah bekerja,pagi dan malam dan ditambah lagi anaknya yang bersikeras ingin pergi kejakarta

Akhirnya besok paginya Udin nekad pergi kejakarta,pada saat jam 2 pagi Udin dengan segera menulis surat sebelum pergi ke Jakarta,suratnya berisi

“Pak,Bu,Udin udah gak bisa nahan diri untuk pergi kejakarta, oleh karena itu Udin mau pergi kejakarta,Udin tinggalkan surat ini untuk Bapak dan Ibu agar Bapak dan Ibu udah gak perlu nyari Udin lagi,sekarang Udin pergi ke Jakarta sendiri karena bapak dan Ibu enggak mau nemenein Udin,Udin naik kereta dan biayanya dapet dari tabungan Udin,Udin pecah tabungan Udin buat berangkat dan pergi dan juga untuk makan disana,semoga Bapak dan Ibu sehat selalu,Udin Cuma dua hari disana. Tertanda Anak mu tersayang Udin”

Udin memasukkan barang-barangnya dahulu dan Udin pun berangkat ke stasiun kereta api,ia membeli tiket dan ia pun segera pergi ke Jakarta,ia membeli peta Jakarta di stasiun kereta, ia berputar-putar ke Jakarta.

Dilain tempat bapaknya sedih dan menyesal telah membentak dan membiar anak satu-satunya ke Jakarta,Bapaknya kira Udin hanya membentak saja,tapi ia benar-benar pergi ke Jakarta dan sekarang si Udin sudah di Jakarta.

“Wah!,Jakarta bagus sekali banyak gedung-gedung tinggi, banyak kendaraan bermotor, modern sekali,ada Monas juga, ramai orang pula,wah”Udin kagum melihat keindahan Jakarta

Setelah berputar-putar Jakarta,hari pun semakin larut

“Waw,indahnya Jakarta, gemerlap cahaya lampu menerangi Jakarta gak kayak di kampung, gelap” ia berjalan-jalan memandangi lampu-lampu yang bertebaran di Jakarta
“Tapi kayaknya ada sesuatu,apa ya?firasatku juga buruk”

Udin tidak tahu bahwa ada yang mengamatinya dari tadi di belakangnya,tapi ketika ia menoleh kebelakang tidak ada apa-apa.

“Ah,gak ada apa-apa,jalan lagi ah”

Tapi ia tidak tahu bahwa ia telah di buntuti sejak tadi,tiba-tiba pada saat Udin memasuki jalan yang agak sepi dari belakang muncul penjahat yang ingin menangkap Udin,ternyata penjahat itu berhasil menculik Udin.

“Hahaha,anak kecil berkeliaran di Jakarta sendirian,lebih baik aku jual dia,aku bisa dapat keuntungan yang banyak,hahaha,anak kecil besok kau akan ku jual sekarang kau akan kutempatkan dalam gudang,hahaha” ternyata sang penjahat ingin menjual Udin!
“Ampun pak,eh maksudnya om,eh maksudnya,mas,ya apalah ,jangan jual saya, saya kurus pak,gak laku deh pak,eh maksudnya om,eh maksudnya mas,ya apalah,mending cari korban lain aja,jangan saya”
“Bodo amat mau segentong kek mau sepentolan korek api kek,juga gak papa”

Pada malam harinya si Udin di gudang menyesal kerena tidak memperhatikan omongan temannya,dan omongan bapaknya,sekarang Udin tau bahwa Jakarta tak selamanya indah tetapi penyesalan selalu datang terakhir, Udin sudah terlanjur di culik, yang Udin bisa lakukan sekarang hanyalah berdoa dan berdoa kepada tuhan yang maha kuasa.

Keesokan harinya

“Heh anak kecil,apakah kau sudah siap untuk dijual?” Tanya sang penjahat kepada Udin
“…”sambil menghela napas panjang Udin hanya pasrah akan dijual

Tapi tiba-tiba dari kejauhan ia melihat dua sosok orang yang dia kenal dan bersama polisi,

“Apakah aku bermimpi?Bapak?Sulaiman?” sambil mengusap matanya
“Sudah kubilang jangan ke Jakarta begini nih akibatnya” jawab Sulaiman
“Lebih baik kau dengarkan omongan sahabatmu nak” jawab Bapak menasehati Udin
“Tapi,kenapa kalian ada disini?”
“Saya hanya ingin menolong sahabat saya yang ada dalam masalah,karena itu gunanya sahabat” jawab Sulaiman
“Dan Bapak hanya ingin menolong salah satu anggota keluarga yang keras kepala”

Tampaknya Sulaiman dan Bapak telah membuntuti Udin ke Jakarta mereka gelisah jika Udin terjadi apa-apa.

Dan tampaknya Udin perlahan meneteskan air matanya karena terharu bercampur rasa menyesal dalam dirinya.

“Bapak,Sulaiman, terima kasih ya,engkau memang seorang sahabat yang baik,dan Bapak adalah pemimpin keluarga yang baik,sekali lagi Udin ucapkan terima kasih,Udin tidak akan mengulang perbuatan ini lagi,Udin berjanji”
“Sudah-sudah, Bapak maafkan,lain kali jangan nekad gini lagi,ok”

Dan polisi itu pun menggiring penjahat itu ke penjara,dan Udin kembali hidup bersama keluarganya dan sahabatnya yang selalu sabar menemaninya, Dikampung,lebih baik disini, rumah kita sendiri.tamat.


Maksud cerita disini bukan untuk menyinggung Jakarta tetapi, moral yang disampaikan, mungkin anda bisa mencari apa yang dimaksud dari karangan ini.

Itulah cerita karangan pertama saya yang berjudul “Jakarta Tak Selamanya Indah” dan terima kasih telah membaca,semoga cerita ini mengibur anda, bila ada kata-kata yang berkenan di hati,dan ada kesalah kata,tolong maafkan saya dan sekali lagi saya ucapkan terima kasih telah membaca cerita karangan saya.

By:Azhar Rhozaq A
8A